Pages

Ads 468x60px

Labels

Sabtu, 26 September 2015

Maperca HMI Cabang Bekasi

Pada siang hari tanggal 25 September 2015 HImpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bekasi mengadakan Masa Perkelanan Calon Anggota (MAPERCA) untuk seluruh komisariat yang ada di cabang bekasi yang diselenggarak di Masjid Baiturrahman atau yang biasa disebut masjid Suharto. Acara ini diadakan oleh pengurus HMI Cabang Bekasi untuk memberikan pengetahuan mendasar pada calon anggota khususnya mahasiswa baru untuk mengerti tentang organisasi HMI. 
Rino Dwi Sarwono selaku penanggungjawab acara ini menyampaikan "maperca ini diadakan oleh pengurus agar para mahasiswa baru bisa mengerti tentang HMI secara langsung, mengenai apa itu HMI, tujuannya dan apa saja kegiatan yang dilakukan oleh HMI cabang Bekasi".
Agenda ini diisi oleh Ayunda Dila Novita selaku Alumni HMI Cabang Bekasi dan juga sekaligus dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Pemerintahan, beliau menyampaikan tentang selayang pandang HMI Cabang Bekasi, menceritakan pengalaman beliau ketika menjadi kader HMI.
Mahasiswa yang hadir pada kegiatan ini berjumlah 40 orang yang berasal dari beberapa komiasiat yang sangat antusias untuk mengikuti Masa Perkenalan Calon Angooa ini.
Calon anggota yang mengikuti acara ini dibagikan pin oleh panitia dengan tulisan "anggota muda" sebagai tanda bahwa setelah mengikuti Maperca ini para calon kader mempunyai status sebagai anggota muda di HMI Cabang Bekasi. 

Kamis, 24 September 2015

HMI Cabang Bekasi Buka Puasa Bersama Dengan Tokoh Masyarakat Kota Bekasi

Agenda kegiatan buka berasama yang di selenggarakan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bekasi, dengan mengudang tokoh masyarakat Kota Bekasi, Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam Jabodetebeka-Baten yang digadang-gadang sebagai Calon Kandidat Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) dan Ketua Umum KNPI Propinsi Jawa Barat. Tujuan kegiatan buka bersama tersebut untuk konsolidasi internal Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bekasi dan mempererat hubungan silahtuhrahim antar kader HMI dengan para tokoh-tokoh Kota Bekasi, Kamis (09/07).
Menurut Ismail Zulkhan sapaan akrab Zulkhan Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Bekasi, agenda kegiatan buka bersama ini bertujuan untuk konsolidasi internal, agar roda organisasi Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Bekasi berjalan sesuai program kerja pengurus periode 2015 -2016. Dalam konsolidasi internal ini pun tidak terlepas untuk memperhatikan Komisariat yang ada di beberapa kampus Kota Bekasi.
“Kegiatan buka berasama ini bertujuan untuk konsolidasi internal, agar roda organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bekasi berjalan sesuai dengan program kerja pengurus periode 2015 -2016, dan mempererat hubungan sihlahtuhrahim antar kader HMI dan tokoh-tokoh masyarakat Kota Bekasi, kegiatan ini pun tak terlepas untuk memperhatikan kader-kader Komisariat yang ada di seluruh Kampus Kota Bekasi,” ucap Ismail.
Tokoh masyarakat Mochtar Muhammad saat di wawancarai usai sholat berjamaah bersama kader Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Bekasi, memberikan masukan dan saran kedepan tokoh pemuda dan Ketua Umum organisasi Khususnya Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Bekasi. Usai menjabat sebagai Ketua di organisasi pemuda, harus lebih produktif lagi untuk mengabdi kepada masyarakat dan juga produktif dalam berdikari.
“Saya sarankan dan sedikit masukan untuk tokoh-tokoh pemuda dan para Ketua Umum organisasi ke pemudaan, usai selesai menjabat sebagai Ketua organisasi. Harus lebih produktif lagi dalam mengapdi kepada masyarakat dan juga produktif dalam berdikari, membuat usaha-usaha kecil dalam kemandirian ekonomi,” ujar Mochtar Muhammad saat di wawancarai usai sholat berjamaah bersama kader Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Bekasi di Sekretariat HMI Cabang Bekasi.

Posko Mudik HMI


Organisasi kemahasiswaan sekarang dipandang masyarakat kurang menyentuh langsung ke masyarakat. Mahasiswa hanya sibuk dalam kepentingan akademiknya ataupun status elitenya sebagai mahasiswa. Padahal sesuai dengan Tridharma Perguruan Tinggi , Mahasiswa harus memiliki tiga elemen yakni Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian. Barangkali level pengabdian ini semakin menurun.

Oleh karena itu kami yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam ingin membuktikan bahwasanya mahasiswa khususnya HMI masih memiliki ikhtiar dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Dengan semangat tujuan yang tertera dalam Anggaran Dasar Pasal 4 yakni mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT, kami memberikan bentuk Kongkrit Pengabdian Kepada Masyarakat dengan mengadakan Posko mudik dari tanggal 13-16 Juli , di jalan raya chairil anwar margahayu bekasi timur.

Bentuk pengabdian ini dilakukan oleh kader-kader HMI cabang Jakarta Raya dan Bekasi dengan menyadari bahwa HMI harus selalu ada, berperan dan siap sedia membantu masyarakat dalam momentum apapun.

Sejarah HMI

Sebelum lahirnya Himpunan Mahasiswa Islam, terlebih dulu berdiri organisasi kemahasiswaan bernama Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY) pada tahun 1946 yang beranggotakan mahasiswa dari tiga Perguruan Tinggi di Yogyakarta, yaitu Sekolah Tinggi Teknik (STT), Sekolah Tinggi Islam (STI) dan Balai Perguruan Tinggi Gajah Mada yang pada waktu itu hanya memiliki Fakultas Hukum dan Fakultas Sastra.
Oleh karena Persyerikatan Mahasiswa Yogyakarta dirasa tidak memperhatikan kepentingan para mahasiswa yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai agama. Tidak tersalurnya aspirasi keagamaan merupakan alasan kuat bagi para mahasiswa Islam untuk mendirikan organisasi kemahasiswaan yang berdiri dan terpisah dari Persyerikatan Mahasiswa Yogyakarta.
Pada tahun 1946, suasana politik di Indonesia khususnya di Ibukota Yogyakarta mengalami polarisasi antara pihak Pemerintah yang dipelopori oleh Partai Sosialis, pimpinan Syahrir - Amir Syarifuddin dan pihak oposisi yang dipelopori oleh Masyumi, pimpinanSoekiman - Wali Al-Fatah dan PNI, pimpinan Mangunsarkoro - Suyono Hadinoto serta Persatuan Pernyangannya Tan Malaka. Polarisasi ini bermula pada dua pendirian yang saling bertolak belakang, pihak Partai Sosialis (Pemerintah) menitik beratkan perjuangan memperoleh pengakuan Indonesia kepada perjuangan berdiplomasi, pihak oposisi pada perjuangan bersenjata melawan Belanda.
Polarisasi ini membawa mahasiswa yang juga sebagian besar dari mereka adalah pengurus Persyerikatan Mahasiswa Yogyakartaberorientasi kepada Partai Sosialis. Melalu mereka inilah Partai Sosialis mencoba mendominir Persyerikatan Mahasiswa Yogyakarta. Namun mahasiswa yang masih memiliki idealis tidak dapat membiarkan usaha Partai Sosialis hendak mendominir Persyerikatan Mahasiswa Yogyakarta. Dengan suasana yang sangat kritis dikarenakan Belanda semakin memperkuatkan diri dengan terus-menerus mendatangkan bala bantuan dengan persenjataan modern yang kemudian pada tanggal 21 Juli 1947 terjadilah yang dinamakan Agresi Militer Belanda I. Dengan situasi yang demikian para mahasiswa yang berideologi murni tetap bersatu menghadapi Belanda, mencegak setidak-tidaknya mengurangi efek-efek dari polarisasi politik yang sangat melemahkan potensi Indonesia menghadapi Belanda. Karenanya mereka menolah keras akan sikap dominasi Partai Sosialis terhadap mahasiswa yang dinilai akan mengakibatkan dunia mahasiswa terlibat dalam polarisasi politik.
Berbagai hal ini yang mendorong beberapa orang mahasiswa untuk mendirikan organisasi baru. Meskipun sebenarnya jauh sebelum adanya keinginan untuk mendirikan organisasi baru sudah ada cita-cita akan itu, namun selalu ditunda dan dianggap belum tepat. Namun melihat dari berbagai kondisi yang ada dirasa cita-cita yang sudah lama diharapkan itu perlu diwujudkan karena bila membiarkan Persyerikatan Mahasiswa Yogyakarta lebih lama didominasi oleh Partai Sosialis adalah hal yang tidak tepat. Penolakan sikap dominasi Partai Sosialis terhadap Persyerikatan Mahasiswa Yogyakarta tidak hanya datang dari kalangan mahasiswa Islam, melainkan juga mahasiswa kristen, mahasiswakatolik, serta berbagai mahasiswa yang masih menjunjung teguh ideologi keagamaan
HMI di prakarsai oleh Lafran Pane, seorang mahasiswa tingkat I (semester I) Fakultas Hukum Sekolah Tinggi Islam (sekarang Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (FH-UII). Ia mengadakan pembicaraan dengan teman-temannya mengenai gagasan membentuk organisasi mahasiswa bernafaskan Islam dan setelah mendapatkan cukup dukungan, pada bulan November 1946, ia mengundang para mahasiswa Islam yang berada di Yogyakarta baik di Sekolah Tinggi IslamBalai Perguruan Tinggi Gajah Mada danSekolah Teknik Tinggi, untuk menghadiri rapat, guna membicarakan maksud tersebut. Rapat-rapat ini dihadiri kurang lebih 30 orang mahasiswa yang di antaranya adalah anggota Persyerikatan Mahasiswa Yogyakarta dan Gerakan Pemuda Islam Indonesia. Rapat-rapat yang digelar tidak menghasilkan kesepakatan. Namun Lafran Panemengambil jalan keluar dengan mengadakan rapat tanpa undangan, yaitu dengan mengadakan pertemuan mendadak yang mempergunakan jam kuliah Tafsir oleh Husein Yahya. Pada tanggal 5 Februari 1947 (bertepatan dengan 14 Rabiulawal 1366 H), di salah satu ruangan kuliah Sekolah Tinggi Islam di Jalan Setyodiningratan 30 (sekarang Jalan Senopati) Yogyakarta, masuklah Lafran Pane yang langsung berdiri di depan kelas dan memimpin rapat yang dalam prakatanya mengatakan : "Hari ini adalah rapat pembentukan organisasi Mahasiswa Islam, karena semua persiapan yang diperlukan sudah beres".
Kemudian ia meminta agar Husein Yahya memberikan sambutan, namun dia menolakf dikarenakan kurang memahami apa yang disampaikan sehubungan dengan tujuan rapat tersebut.
Pernyataan yang dilontarkan oleh Lafran Pane dalam rapat tersebut adalah :
  • Rapat ini merupakan rapat pembentukan organisasi Mahasiswa Islam yang anggaran dasarnya telah dipersiapkan.
  • Rapat ini bukan lagi mempersoalkan perlu atau tidaknya ataupun setuju atau menolaknya untuk mendirikan organisasi Mahasiswa Islam.
  • Diantara rekan-rekan boleh menyatakan setuju dan boleh tidak. Meskipun demikian apapun bentuk penolakan tersebut, tidak menggentarkan untuk tetap berdirinya organisasi Mahasiswa Islam ketika itu, dikarenakan persiapan yang sudah matang.
Setelah dicerca berbagai pertanyaan dan penjelasan, rapat pada hari itu dapat berjalan dengan lancar dan semua peserta rapat menyatakan sepakat dan berketetapan hati untuk mengambil keputusan :
  • Hari Rabu Pon 1878, 15 Rabiulawal 1366 H, tanggal 5 Februari 1947, menetapkan berdirinya organisasi Himpunan Mahasiswa Islam disingkat HMI yang bertujuan :
  • Mengesahkan anggaran dasar Himpunan Mahasiswa Islam. Adapun Anggaran Rumah Tangga akan dibuat kemudian.
  • Membentuk Pengurus Himpunan Mahasiswa Islam.
Selain itu keputusan rapat tersebut memutuskan kepengurusan Himpunan Mahasiswa Islam sebagai berikut :
KetuaLafran Pane
Wakil KetuaAsmin Nasution
Penulis IAnton Timoer Djailani, salah satu pendiri Pelajar Islam Indonesia (PII)
Penulis IIKarnoto Zarkasyi
Bendahara IDahlan Husein
Bendahara IIMaisaroh Hilal
AnggotaSuwali
Yusdi Gozali, pendiri Pelajar Islam Indonesia (PII)
Mansyur
Lembaga Pengembangan Profesi (LPP) adalah lembaga pengkaderan untuk pengembangan profesi di lingkungan HMI. Lembaga Pengembangan Profesi terdiri dari:
  1. Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam (LDMI), pencetus terbentuknya Lembaga Dakwah Kampus (LDK)
  2. Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI)
  3. Lembaga Teknologi Mahasiswa Islam (LTMI)
  4. Lembaga Ekonomi Mahasiswa Islam (LEMI)
  5. Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI)
  6. Lembaga Pendidikan Mahasiswa Islam (LAPENMI)
  7. Lembaga Seni Budaya Mahasiswa Islam (LSMI)
  8. Lembaga Hukum Mahasiswa Islam (LHMI)
  9. Lembaga Pertanian Mahasiswa Islam (LPMI)
Alumni HMI adalah anggota HMI yang telah habis atau selesai masa anggotanya.

Anggota DPR-RI Periode 2014-2019[sunting | sunting sumber]

Daftar Alumni HMI yang menjadi Anggota DPR-RI Periode 2014-2019[11]:
Alumni HMI dari PDIP:
  1. Erwin Muslimin Singajuru (Sumatera Selatan II),
  2. Henri Yosodiningrat (Lampung II),
  3. Jalaluddin Rakhmat (Jawa Barat II),
  4. Mohamad Prakosa (Jawa Tengah IX),
  5. Idham Samawi (Daerah Istimewa Yogyakarta), 
  6. Hamka Haq (Jawa Timur II),
  7. Nasyirul Falah Amru (Jawa Timur X),
  8. Pramono Anung Wibowo(Jawa Timur VI),
Alumni HMI dari Partai Golkar:
  1. Rambe Kamaruzzaman (Sumatera Utara II),
  2. Kahar Muzakir (Sumatera Selatan I),
  3. Azhar Romli (Bangka Belitung),
  4. Deding Ishaq (Jawa Barat III),
  5. Eka Sastra (Jawa Barat III),
  6. Ichsan Firdaus (Jawa Barat V),
  7. Ade Komarudin (Jawa Barat VII),
  8. Agun Gunanjar Sudarsa (Jawa Barat X),
  9. Ahmad Zacky Siradj (Jawa Barat XI),
  10. Iqbal Wibisono (Jawa Tengah VI),
  11. Bambang Soesatyo (Jawa Tengah VII),
  12. Ridwan Hisjam (Jawa Timur V),
  13. Sarmuji (Jawa Timur VI),
  14. Zainudin Amali (Jawa Timur XI),
  15. Yayat Y. Biaro (Banten II),
  16. Aditya Anugerah Moha (Sulawesi Utara),
  17. Mohammad Said (Sulawesi Tengah),
  18. Syamsul Bachri (Sulawesi Selatan II),
  19. Andi Fauziah Pujiwatie (Sulawesi Selatan III)
  20. Saiful Bahri Ruray (Maluku Utara).
  21. Fadel Muhammad (Gorontalo)
  22. Zulfadhli (Kalimantan Barat)
  23. Sukiman (Kalimantan Barat)

Alumni HMI dari Partai HANURA:
  1. Fauzih Amro (Sumatera Selatan I),
  2. M. Farid Alfauzi (Jawa Timur XI)
  3. Syarifuddin Suding (Sulawesi Tengah)
  4. Saleh Husin (NTT II)
Alumni HMI dari PAN:
  1. Alim Abdullah (Lampung II),
  2. Teguh Juwarno (Jawa Tengah IX),
  3. Totok Daryanto (Jawa Timur V),
  4. Viva Yoga Mauladi (Jawa Timur X)
  5. M. Yamin Tawary (Maluku Utara)
  6. Zulkifli Hasan (Lampung I)
Alumni HMI dari NASDEM:
  1. Zulvan Lindan (Nangroe Aceh Darussalam II)
  2. Taufiqulhadi (Jawa Timur IV)
  3. Akbar Faizal (Sulawesi Selatan II)
  4. Ahmad M. Ali (Sulawesi Tengah)
Alumni HMI dari Demokrat:
  1. Saan Mustopa (Jawa Barat VII)
  2. Nurhayati Ali Assegaf (Jawa Timur V)
  3. Wahidin Halim (Banten III)
  4. Syariefuddin Hasan (Jawa Barat III)
Alumni HMI dari PKB:
  1. Handayani (Jambi)
Alumni HMI dari PPP:
  1. Irgan Chairul Mahfiz (Banten III)
  2. Mohammad Arwani Thomafi (Jawa Tengah III)
  3. Reni Marlinawati (Jawa Barat IV)
Alumni HMI dari Gerindra:
  1. Fadli Zon (Jawa Barat V)
  2. Desmond Junaidi Mahesa (Banten II)
Alumni HMI dari PKS:
  1. Tamsil Linrung (Sulawesi Selatan I)
 
Blogger Templates